Sabtu, 26 Januari 2013

BUDIDAYA PEPAYA SEBAGAI TANAMAN PENYELANG BERNILAI EKONOMIS TINGGI

 PENDAHULUAN
Cara praktis budidaya pepaya yang akan saya uraikan disini, bermaksud untuk memanfaatkan bedengan yang bekas ditanami tanaman dengan nilai ekonomis tinggi, seperti lahan bekas budidaya cabai, budidaya melon, budidaya tomat, budidaya terong dll dimana dalam sistem budidayanya menggunakan sistem mulsa PHP (Plastik Hitam Perak). Dengan asumsi pemupukan dasar saat penanaman tanaman pertama sesuai petunjuk pada budidaya yang sudah saya uraikan (lihat budidaya cabai, budidaya melon, budidaya terong,  budidaya tomat).

SYARAT TUMBUH TANAMAN PEPAYA
Tanaman pepaya tumbuh optimal pada daerah dengan ketinggian tempat antara 200-500 mdpl. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari penuh tanpa naungan, dengan suhu udara berkisar 22-26°C, pH tanah 6-7.
Tanaman pepaya termasuk tanaman yang sensitif terhadap  kekurangan dan kelebihan air. Jika terjadi kekurangan air, pertumbuhannya akan terhambat dan buah yang terbentuk tidak sempurna. Sedangkan jika kelebihan air (terutama ada genangan air) akar tanaman tidak dapat bernafas dengan baik, sehingga mudah terserang penyakit penyebab layu.

PELAKSANAAN BUDIDAYA PEPAYA

Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pembuatan lubang tanam (pembolongan mulsa) tepat di tengah bedengan dengan  jarak tanam ideal 2,75m zigzag. Sistem tanam zigzag bertujuan untuk menjaga kelembaban antar bedengan, terutama saat musim hujan. Lubangi mulsa dengan panjang 40cm dan lebar 40cm atau bisa juga berbentuk bulat berdiameter 50 cm, kemudian dilakukan pembuatan lubang tanam dengan panjang 25cm, lebar 25cm, dan kedalaman 25cm.
Pemberian pupuk kandang yang sudah difermentasi dilakukan 2 minggu sebelum tanam sebanyak 0,5kg/lubang tanam dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 200 g/lubang tanam.
Persiapan Pembibitan dan Penanaman
Pada persiapan pembibitan dibutuhkan rumah atau sungkup pembibitan untuk melindungi bibit yang masih muda. Kemudian menyediakan media semai dengan komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g NPK halus. Media campuran dimasukkan ke dalam polibag semai berukuran 8cmx10cm. Benih disemaikan ke dalam media sebanyak 1 butir/media. Untuk mempercepat perkecambahan benih permukaan media ditutup dengan kain goni (bisa juga menggunakan mulsa PHP) dan dijaga dalam keadaan lembab.
Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan apabila benih sudah berkecambah, baru kemudian benih disungkup menggunakan plastik transparan. Pembukaan sungkup dimulai pada jam 07.00 - 09.00, dan dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 14 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka secara penuh untuk penguatan tanaman. Penyiraman jangan terlalu basah dan dilakukan setiap pagi.  Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif simoksanil dan insektisida berbahan aktif imidakloprid dilakukan pada umur 30 hss (hari setelah semai) dengan dosis ½ dari dosis terendah. Bibit yang sudah memiliki 4 helai daun sejati siap untuk pindah tanam ke lahan.

PEMELIHARAAN TANAMAN PADA BUDIDAYA PEPAYA

Penyulaman
Penyulaman dilakukan sampai dengan umur tanaman 1,5 bulan. Tanaman yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam akan berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit.

Perempelan
Perempelan tunas samping dilakukan pada tunas yang keluar di ketiak daun. Bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, agar tanaman tumbuh kekar, disamping itu juga menjaga kelembaban pada saat tanaman sudah dewasa. Dilakukan sampai dengan munculnya bunga pertama.

Sanitasi Lahan dan Pengairan
Sanitasi lahan pada budidaya pepaya meliputi : pengendalian gulma/rumput dan pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan.
Pengairan diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban 2 minggu sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan terlalu tinggi, batas penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.

Pemupukan Susulan
Pupuk akar diberikan sebulan sekali dengan cara pengocoran, yaitu pada umur 1-4 bulan dosisnya 4kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, tiap tanaman diberikan 1lt. Sedangkan pada umur di atas 4 bulan dosisnya 5kg NPK 15-15-15 dan 1kg ZK dilarutkan dalam 200lt air, tiap tanaman diberikan 1lt.
Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada umur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan, sedangkan kandungan Phospat dan kalium tinggi diberikan pada umur di atas 6bulan.

Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Pepaya

Hama Tanaman Pepaya

1.      Kutu Daun
Kutu daun mengisap cairan tanaman terutama pada daun yang masih muda, kotoran dari kutu ini berasa manis sehingga menggundang semut. Daun yang terserang mengalami klorosis(kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

2.      Kutu Putih
Kutu putih berbentuk bulat dan berwarna kehijauan, seluruh tubuhnya diselumuti lapisan lilin berwarna putih. Hama ini menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun dan menyelubungi buah. Serangan pada bunga menyebabkan kerontokan. Kotorannya sangat manis sehingga mengundang semut. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

3.      Kutu Kebul
Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

4.      Tungau
Tungau bersembunyi di balik daun dan menghisap cairan daun. Daun yang terserang awalnya muncul bintik-bintik berwarna putih kemudian pada serangan berat seluruh permukaan daun akan tampak berselaput putih, serta pada permukaan bawah daun terdapat benang-benang halus berwarna merah atau kuning. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida akarisida berbahan aktif  propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Penyakit Tanaman Pepaya
1.      Layu Bakteri
Serangannya disebabkan oleh bakteri, daun yang terserang terkulai lemas dan gugur, pucuk tanaman membusuk dan terus menjalar ke bawah sampai akhirnya seluruh tanaman membusuk. Pengendaliannya dengan membongkar tanaman yang sakit sampai ke akar-akarnya, serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah setiap 1 bulan sekali, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

2.      Busuk Phytopthora
Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman. Pangkal batang yang terserang membusuk kemudian terkulai, serangan serius menyebabkan tanaman layu. Daun yang terserang seperti tersiram air panas, layu, menguning dan menggantung di sekitar batang sebelum akhirnya rontok. Akar lateral membusuk, membentuk massa spora berwarna coklat tua, lunak dan berbau tidak enak. Pada Buah serangan dimulai dari tangkai buah, buah diselimuti miselium cendawan berwarna putih, akhirnya buah mengeriput dan berwarna hitam. Pengendaliannya dengan sanitasi kebun, membongkar tanaman yang terserang sampai ke akar-akarnya, serta memusnahkan buah yang terserang. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram,  atau tiram.

3.      Antraknosa
Serangan antraknosa pada buah muda berbentuk luka kecil ditandai adanya getah yang keluar dan mengental, pada buah menjelang masak ditandai bulatan-bulatan kecil berwarna gelap, saat buah mulai masak bulatan semakin membesar berlekuk berwarna cokelat tua, disini cendawan akan membentuk massa spora. Pengendaliannya dengan sanitasi kebun, serta memusnahkan buah yang terserang. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.

4.      Virus
Gejala serangan virus umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan dengan sisi daun bergaris-garis tidak teratur (mosaik). Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada saat pemangkasan. Beberapa upaya penanganan virus antara lain : membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman yang sudah terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Pepaya
Penyemprotan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan, jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut. Tanaman pepaya merupakan tanaman yang tahan terhadap serangan hama penyakit, sehingga penyemprotan dapat dilakukan 1 minggu sekali atau sesuai kebutuhan. Jadi penggunaan pestisida dapat dihemat.

PANEN
Buah pepaya dapat dipanen saat tanaman berumur 7 bulan. Buah yang dipanen adalah buah yang 20% masak. Untuk menjaga kondisi tanaman agar tetap sehat, pada saat pemanenan gunakan pisau atau sejenisnya supaya bekas potongan tidak mudah terserang penyakit terutama pada musim hujan.

Selasa, 11 September 2012

Apel Kaya Manfaat

Apel banyak memiliki kandungan vitamin, mineral serta unsur lain seperti fitokimian, serat, tanin, baron, asam tartar, dan lainnya. Zat inilah yang sangat dipelukan bagi tubuh kita untuk mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. Untuk selanjutnya, akan dibahas tentang apa saja yang terkandung pada buah apel? Dan apa saja manfaat dari buah apel?

Kaya vitamin
Buah apel kaya akan kandungan vitamin. Beberapa vitamin yang terdapat dalam buah apel misalnya vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B5, vitamin B6, vitamin B9, vitamin C.

Kaya mineral
Buah apel mengandung banyak mineral. Mineral dalam buah apel antara lain kalsium, magnesium, potasium, zat besi, dan zinc.

Fitokimia
Buah apel juga mengandung fitokimia. Fitokimia merupakan antioksidan untuk melawan radikal bebas yang berasal dari polusi atau lingkungan sekitar. Zat ini juga berfungsi untuk menekan jumlah kolesterol jahat (LDL) yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

Kaya Serat
Apel kaya akan serat, sehingga baik untuk orang yang sedang dalam program diet. Hal ini disebabkan karena serat yang tinggi sehingga mencegah lapar datang lebih cepat.

 Serat untuk mengurangi lemak dan kolesterol
Buah apel mengandung serat yang berguna mengikat lemak dan kolesterol jahat dalam tubuh untuk selanjutnya dibuang.

Tanin
Buah apel juga memiliki kandungan tanin. Tanin adalah zat yang berfungsi membersihkan dan menyegarkan mulut, sehingga dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi.

Baron
Di dalam buah apel terdapat baron. Apakah baron itu? Baron berfungsi mempertahankan jumlah estrogen dalam tubuh seorang wanita.

Flavoid
Salah satu kandungan buah apel yang baik untuk menjegah penyakit adalah flavoid. Flavoid merupakan zat yang berfungsi menurunkan risiko kanker.

Asam D-glucaric
Apakah Asam D-glucaric itu? Asam D-glucaric merupakan zat yang dapat menurunkan kadar kolesterol. Asam D-glucaric juga terdapat di dalam buah apel.

Quercetin
Quercetin merupakan zat yang dibutuhkan untuk meningkatkan kadar antioksidan sehingga tubuh terasa lebih sehat dan mencegah berbagai penyakit. Buah apel mengandung zat quercetin.

Asam tartar
Di dalam sebuah apel juga terdapat asam tartar. Asam tartar yang dapat menyehatkan saluran pencernaan, karena zat ini mampu membunuh bakteri yang ada dalam saluran pencernaan.

Melihat banyaknya unsur kesehatan yang dapat dimanfaatkan, tentu kita dapat mencoba untuk mengkonsumsi satu buah apel setiap hari.

Budidaya Cabai


 Cabai Besar

Semua orang akan merasakan hidangan kurang lengkap tanpa kehadiran rasa pedas apalagi pada masakan padang dimana rasa pedas dari cabai adalah wajib ada. rasa pedas lebih banyak dihasilkan oleh zat pada cabai. Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa), Cabbih (Bahasa Madura) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayurandan dalam prosesnya lebih banyak sebagai bumbu, obat-obatan, maupun pestisida nabati. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan.

Bahan dan Peralatan : 
a. Bahan - Bibit cabai keriting - Pupuk dasar : 30 ton pupuk kandang - Pupuk buatan : 150 kg Urea, 450 Kg ZA, 200 Kg TSP dan 200 Kg KCl - Fungisida sistemik dan kontak - Vaksin Carna-5, metil eugenol (seks feromoid) - Mulsa plastik hitam 
b. Peralatan - Alat pertanian seperti cangkul, sabit, sekop dll - Alat semprot semi otomatis dengan nozel kipas TJ XR 1102 VS 

Pedoman Teknis : 
1. Varietas yang dianjurkan a. Dataran tinggi = cabai keriting b. Dataran rendah = Tit Super dan Jatilaba disemai sampai terbentuk 5-6 helai daun.
2. Jarak Tanam a. Dataran tinggi = 40 cm x 50 cm b. Dataran rendah = 30 cm x 40 cm 

3. Pengolahan Tanah - Tanah dibalik 2-3 kali, sisa tanaman sebelumnya dimusnahkan - Untuk tanah sawah dibuat surjan empat baris - Untuk tanah tegalan dibuat bedengan atau guludan untuk penanaman tunggal atau ganda 

4. Pemupukan per Ha - 30 ton pupuk kandang kotoran sapi atau 5 ton kompos yang sudah matang diberikan sekaligus sebelum tanam - 150 kg TSP diberikan sekaligus pada waktu tanam - 150 kg Urea, 450 kg ZA dan 200 kg KCl diberikan tiga kali masing-masing sepertiga dosis pada saat tanaman berumur 10 hari, 2 dan 3 bulan 

5. Cara Tanam Sebelum ditanam akar semaian cabai dicelup dalam larutan 0,1 % Previcur selama 5 menit. a. Dataran Rendah Tanaman cabai ditanam secara tumpang gilir dengan bawang merah. Jarak tanam bawang merah 15 cm x 20 cm. Setelah bawang merah dipanen dipasang mulsa jerami sebanyak 20 ton per ha dan disebar secara merata. b. Dataran tinggi Tanaman cabai ditanam disela tomat bersamaan saat tanamnya atau tanaman tomat ditanam dua minggu setelah tanam cabai. Penanaman cabai dapat juga dilakukan secara monokultur dengan pemasanngan mulsa plastik hitam atau perak. 

6. Pemeliharaan - Imunisasi dengen menggunakan vaksin Carna-5 dilakukan di persemaian pada saat dua minggu sebelum ditanam di lahan pertanaman. - Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan - Penyiangan dilakukan 1-2 kali untuk pertanaman di dataran rendah. Sedangkan pertanaman cabai di dataran tinggi penyiangan dilakukan 2-3 kali. - Pengguludan dilakukan pada saat pemberian pupuk yaitu ketika tanaman berumur 1, 2 dan 3 bulan - Penyemprotan pestisida dilakukan berdasarkan ambang kendali dari hama atau penyakit yang bersangkutan. 

 7. Pengendalian OPT Cabai - Pemantauan hama dan penyakit dilakukan seminggu sekali setelah tanam terhadap 10 tanaman contoh untuk setiap 0,2 ha yang diambil secara sistematis pada garis diagonal. - Dipasang perangkap metil eugenol untuk lalat buah dan buah yang diserang lalat buat dimusnahkan. - Pengendalian penyakit antaraknos dapat dilakukan dengan penyemprotan 0,2 % Daconil (konsentrasi formulasi) atau menggunakan fungisida sistemik (Ridomil MZ, Previcur, Provit dll) dan kontak (Daconil, Antracol, Vondozeb dll) Buah yang diserang dimusnahkan. - Pengendalian bercak daun dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida Daconil atau Score. - Pengendalian Thrips dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida Pegasus atau Mesurol berdasarkan ambang kendali 15 % tanaman rusak atau terdapat 10 ekor per daun pada waktu sore hari. - Pengendalian mite dapat dilakukan secara mekanis dan dengan insektisida/akarisida. Daun-daun yang terserang pada tanaman muda ( < 35 hari) dipetik, lalu disemprot dengan akarisida/ insektisida. - Pengendalian virus kompleks, untuk tanaman cabai dibawah umur 35 hari, terserang kurang dari 2%, maka tanaman dimusnahkan dan disulam. Untuk tanaman berumur 40 hari yang terserang virus tersebut tanaman tetap dibiarkan, tetapi hasilnya jangan digunakan sebagai bibit. - Pengendalian ulat grayak dilakukan dengan memesang seks feromoid untuk ngengat jantan. - Pengendalian ulat tanah dilakukan dengan mengumpulkan ulat disekitar tanaman rusak dan memusnahkannya. Bila infestasi tinggi waktu sore hari tanah disekeliling tanaman disemprot dengan insektisida Drusban 0,2 %. 

8. Pemanenan - Untuk dijual segar Pemanenan dilakukan pada saat buah berukuran penuh dengan warna kulit matang awal. - Untuk Diawetkan/dikeringkan Pemanenan dilakukan pada saat buah telah berwarna merah secara keseluruhan.

Budidaya Sawi

Sawi atau Caisin (Brassica sinensis L.) termasuk famili Brassicaceae, daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi mengandung pro vitamin A dan asam askorbat yang tinggi. Tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah sampai dataran tinggi, tapi lebih baik di dataran tinggi. Biasanya dibudidayakan di daerah ketinggian 100 - 500 m dpl, dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan drainase baik. Tanaman sawi terdiri dari dua jenis yaitu sawi putih dan sawi hijau.

Teknologi Budidaya

1. Benih.

Kebutuhan benih 650 gr/ha. Jika benih diperoleh dari tanaman sendiri maka tanaman harus berumur di atas 70 hari dan penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

2. Persemaian/Pembibitan.

Sebelum benih disebar, direndam dengan larutan Previcur N dengan konsentrasi  0,1 % selama + 2 jam. Selanjutnya benih disebar merata pada bedengan persemaian, dengan media semai setebal + 7 cm dan disiram. Media semai dibuat dari pupuk kandang dan tapnah yang telah dihaluskan dengan perbandingan 1 : 1. Benih yang telah disebar ditutup dengan media semai, selanjutnya ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2 - 3 hari. Bedengan persemaian tersebut sebaiknya diberi naungan.

3. Persiapan Lahan.

Lahan terlebih dahulu diolah dengan cangkul sedalam 20 - 30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah  100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit.

4. Pemupukan.

Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam, berupa pupuk kotoran ayam dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2. Pada umur 2 minggu setelah tanam lakukan pemupukan susulan Urea 150 kg/ha (15 gr/m2). Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan di samping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha  (0,3 ml/m2) pada umur 10 dan 20 hari setelah tanam.

5. Penanaman.

Bibit umur 2 - 3 minggu setelah semai, ditanam dalam lubang yang telah disediakan dengan jarak tanam  20 x 20 cm. Jika ada yang tidak tumbuh atau mati perlu penyulaman, yaitu penggantian tanaman dengan tanaman baru.

6. Pemeliharaan.

Pada musim kemarau atau di lahan kurang air perlu penyiraman tanaman. Penyiraman ini dilakukan dari awal sampai panen. Penyiangan dilakukan 2 kali atau disesuaikan dengan kondisi gulma. Bila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.

7. Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT)

Untuk mencegah hama dan penyakit yang perlu diperhatikan adalah sanitasi dan drainase lahan. OPT utama adalah ulat daun kubis (Plutella xylostella). Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan Diadegma semiclausuma sebagai parasitoid hama Plutella xylostella. Jika menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang aman dan mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi,

interval dan waktu aplikasinya.

8. Panen

Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah. Umur panen sawi + 40 hari setelah tanam, sebaiknya terlebih dahulu dilihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun.

9. Pasca Panen

Tanaman yang baru dipanen, ditempatkan di tempat yang teduh agar tidak cepat layu dengan cara diperciki air. Selanjutnya lakukan sortasi untuk memisahkan bagian tanaman yang tua, busuk atau sakit. Penyimpanan bisa menggunakan wadah berupa keranjang bambu, wadah plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk menjaga sirkulasi udara.

Pengertian Kelompok Tani

Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama – sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil.
Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.
Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968) dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan problem-problem yang dihadapi petani.
Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.
Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres (Wong, 1997) dalam Mardikanto (1996) sebagai berikut:
a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.
b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.
c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.
d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.
e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkannya.
f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.
Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :
a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia.
b. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.
c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya (Sajogyo, 1978 dalam Mardikanto, 1996).
Pustaka :
Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Djiwandi, 1994. Pengaruh Dinamika Kelompok Tani Terhadap Kecepatan Adopsi Teknologi Usahatani di Kabupaten Sukoharjo. Laporan Penelitian. Tidak Dipublikasikan.