Selasa, 11 September 2012

Apel Kaya Manfaat

Apel banyak memiliki kandungan vitamin, mineral serta unsur lain seperti fitokimian, serat, tanin, baron, asam tartar, dan lainnya. Zat inilah yang sangat dipelukan bagi tubuh kita untuk mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. Untuk selanjutnya, akan dibahas tentang apa saja yang terkandung pada buah apel? Dan apa saja manfaat dari buah apel?

Kaya vitamin
Buah apel kaya akan kandungan vitamin. Beberapa vitamin yang terdapat dalam buah apel misalnya vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B5, vitamin B6, vitamin B9, vitamin C.

Kaya mineral
Buah apel mengandung banyak mineral. Mineral dalam buah apel antara lain kalsium, magnesium, potasium, zat besi, dan zinc.

Fitokimia
Buah apel juga mengandung fitokimia. Fitokimia merupakan antioksidan untuk melawan radikal bebas yang berasal dari polusi atau lingkungan sekitar. Zat ini juga berfungsi untuk menekan jumlah kolesterol jahat (LDL) yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

Kaya Serat
Apel kaya akan serat, sehingga baik untuk orang yang sedang dalam program diet. Hal ini disebabkan karena serat yang tinggi sehingga mencegah lapar datang lebih cepat.

 Serat untuk mengurangi lemak dan kolesterol
Buah apel mengandung serat yang berguna mengikat lemak dan kolesterol jahat dalam tubuh untuk selanjutnya dibuang.

Tanin
Buah apel juga memiliki kandungan tanin. Tanin adalah zat yang berfungsi membersihkan dan menyegarkan mulut, sehingga dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi.

Baron
Di dalam buah apel terdapat baron. Apakah baron itu? Baron berfungsi mempertahankan jumlah estrogen dalam tubuh seorang wanita.

Flavoid
Salah satu kandungan buah apel yang baik untuk menjegah penyakit adalah flavoid. Flavoid merupakan zat yang berfungsi menurunkan risiko kanker.

Asam D-glucaric
Apakah Asam D-glucaric itu? Asam D-glucaric merupakan zat yang dapat menurunkan kadar kolesterol. Asam D-glucaric juga terdapat di dalam buah apel.

Quercetin
Quercetin merupakan zat yang dibutuhkan untuk meningkatkan kadar antioksidan sehingga tubuh terasa lebih sehat dan mencegah berbagai penyakit. Buah apel mengandung zat quercetin.

Asam tartar
Di dalam sebuah apel juga terdapat asam tartar. Asam tartar yang dapat menyehatkan saluran pencernaan, karena zat ini mampu membunuh bakteri yang ada dalam saluran pencernaan.

Melihat banyaknya unsur kesehatan yang dapat dimanfaatkan, tentu kita dapat mencoba untuk mengkonsumsi satu buah apel setiap hari.

Budidaya Cabai


 Cabai Besar

Semua orang akan merasakan hidangan kurang lengkap tanpa kehadiran rasa pedas apalagi pada masakan padang dimana rasa pedas dari cabai adalah wajib ada. rasa pedas lebih banyak dihasilkan oleh zat pada cabai. Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa), Cabbih (Bahasa Madura) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayurandan dalam prosesnya lebih banyak sebagai bumbu, obat-obatan, maupun pestisida nabati. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan.

Bahan dan Peralatan : 
a. Bahan - Bibit cabai keriting - Pupuk dasar : 30 ton pupuk kandang - Pupuk buatan : 150 kg Urea, 450 Kg ZA, 200 Kg TSP dan 200 Kg KCl - Fungisida sistemik dan kontak - Vaksin Carna-5, metil eugenol (seks feromoid) - Mulsa plastik hitam 
b. Peralatan - Alat pertanian seperti cangkul, sabit, sekop dll - Alat semprot semi otomatis dengan nozel kipas TJ XR 1102 VS 

Pedoman Teknis : 
1. Varietas yang dianjurkan a. Dataran tinggi = cabai keriting b. Dataran rendah = Tit Super dan Jatilaba disemai sampai terbentuk 5-6 helai daun.
2. Jarak Tanam a. Dataran tinggi = 40 cm x 50 cm b. Dataran rendah = 30 cm x 40 cm 

3. Pengolahan Tanah - Tanah dibalik 2-3 kali, sisa tanaman sebelumnya dimusnahkan - Untuk tanah sawah dibuat surjan empat baris - Untuk tanah tegalan dibuat bedengan atau guludan untuk penanaman tunggal atau ganda 

4. Pemupukan per Ha - 30 ton pupuk kandang kotoran sapi atau 5 ton kompos yang sudah matang diberikan sekaligus sebelum tanam - 150 kg TSP diberikan sekaligus pada waktu tanam - 150 kg Urea, 450 kg ZA dan 200 kg KCl diberikan tiga kali masing-masing sepertiga dosis pada saat tanaman berumur 10 hari, 2 dan 3 bulan 

5. Cara Tanam Sebelum ditanam akar semaian cabai dicelup dalam larutan 0,1 % Previcur selama 5 menit. a. Dataran Rendah Tanaman cabai ditanam secara tumpang gilir dengan bawang merah. Jarak tanam bawang merah 15 cm x 20 cm. Setelah bawang merah dipanen dipasang mulsa jerami sebanyak 20 ton per ha dan disebar secara merata. b. Dataran tinggi Tanaman cabai ditanam disela tomat bersamaan saat tanamnya atau tanaman tomat ditanam dua minggu setelah tanam cabai. Penanaman cabai dapat juga dilakukan secara monokultur dengan pemasanngan mulsa plastik hitam atau perak. 

6. Pemeliharaan - Imunisasi dengen menggunakan vaksin Carna-5 dilakukan di persemaian pada saat dua minggu sebelum ditanam di lahan pertanaman. - Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan - Penyiangan dilakukan 1-2 kali untuk pertanaman di dataran rendah. Sedangkan pertanaman cabai di dataran tinggi penyiangan dilakukan 2-3 kali. - Pengguludan dilakukan pada saat pemberian pupuk yaitu ketika tanaman berumur 1, 2 dan 3 bulan - Penyemprotan pestisida dilakukan berdasarkan ambang kendali dari hama atau penyakit yang bersangkutan. 

 7. Pengendalian OPT Cabai - Pemantauan hama dan penyakit dilakukan seminggu sekali setelah tanam terhadap 10 tanaman contoh untuk setiap 0,2 ha yang diambil secara sistematis pada garis diagonal. - Dipasang perangkap metil eugenol untuk lalat buah dan buah yang diserang lalat buat dimusnahkan. - Pengendalian penyakit antaraknos dapat dilakukan dengan penyemprotan 0,2 % Daconil (konsentrasi formulasi) atau menggunakan fungisida sistemik (Ridomil MZ, Previcur, Provit dll) dan kontak (Daconil, Antracol, Vondozeb dll) Buah yang diserang dimusnahkan. - Pengendalian bercak daun dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida Daconil atau Score. - Pengendalian Thrips dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida Pegasus atau Mesurol berdasarkan ambang kendali 15 % tanaman rusak atau terdapat 10 ekor per daun pada waktu sore hari. - Pengendalian mite dapat dilakukan secara mekanis dan dengan insektisida/akarisida. Daun-daun yang terserang pada tanaman muda ( < 35 hari) dipetik, lalu disemprot dengan akarisida/ insektisida. - Pengendalian virus kompleks, untuk tanaman cabai dibawah umur 35 hari, terserang kurang dari 2%, maka tanaman dimusnahkan dan disulam. Untuk tanaman berumur 40 hari yang terserang virus tersebut tanaman tetap dibiarkan, tetapi hasilnya jangan digunakan sebagai bibit. - Pengendalian ulat grayak dilakukan dengan memesang seks feromoid untuk ngengat jantan. - Pengendalian ulat tanah dilakukan dengan mengumpulkan ulat disekitar tanaman rusak dan memusnahkannya. Bila infestasi tinggi waktu sore hari tanah disekeliling tanaman disemprot dengan insektisida Drusban 0,2 %. 

8. Pemanenan - Untuk dijual segar Pemanenan dilakukan pada saat buah berukuran penuh dengan warna kulit matang awal. - Untuk Diawetkan/dikeringkan Pemanenan dilakukan pada saat buah telah berwarna merah secara keseluruhan.

Budidaya Sawi

Sawi atau Caisin (Brassica sinensis L.) termasuk famili Brassicaceae, daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi mengandung pro vitamin A dan asam askorbat yang tinggi. Tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah sampai dataran tinggi, tapi lebih baik di dataran tinggi. Biasanya dibudidayakan di daerah ketinggian 100 - 500 m dpl, dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan drainase baik. Tanaman sawi terdiri dari dua jenis yaitu sawi putih dan sawi hijau.

Teknologi Budidaya

1. Benih.

Kebutuhan benih 650 gr/ha. Jika benih diperoleh dari tanaman sendiri maka tanaman harus berumur di atas 70 hari dan penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

2. Persemaian/Pembibitan.

Sebelum benih disebar, direndam dengan larutan Previcur N dengan konsentrasi  0,1 % selama + 2 jam. Selanjutnya benih disebar merata pada bedengan persemaian, dengan media semai setebal + 7 cm dan disiram. Media semai dibuat dari pupuk kandang dan tapnah yang telah dihaluskan dengan perbandingan 1 : 1. Benih yang telah disebar ditutup dengan media semai, selanjutnya ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2 - 3 hari. Bedengan persemaian tersebut sebaiknya diberi naungan.

3. Persiapan Lahan.

Lahan terlebih dahulu diolah dengan cangkul sedalam 20 - 30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah  100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit.

4. Pemupukan.

Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam, berupa pupuk kotoran ayam dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2. Pada umur 2 minggu setelah tanam lakukan pemupukan susulan Urea 150 kg/ha (15 gr/m2). Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan di samping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha  (0,3 ml/m2) pada umur 10 dan 20 hari setelah tanam.

5. Penanaman.

Bibit umur 2 - 3 minggu setelah semai, ditanam dalam lubang yang telah disediakan dengan jarak tanam  20 x 20 cm. Jika ada yang tidak tumbuh atau mati perlu penyulaman, yaitu penggantian tanaman dengan tanaman baru.

6. Pemeliharaan.

Pada musim kemarau atau di lahan kurang air perlu penyiraman tanaman. Penyiraman ini dilakukan dari awal sampai panen. Penyiangan dilakukan 2 kali atau disesuaikan dengan kondisi gulma. Bila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.

7. Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT)

Untuk mencegah hama dan penyakit yang perlu diperhatikan adalah sanitasi dan drainase lahan. OPT utama adalah ulat daun kubis (Plutella xylostella). Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan Diadegma semiclausuma sebagai parasitoid hama Plutella xylostella. Jika menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang aman dan mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi,

interval dan waktu aplikasinya.

8. Panen

Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah. Umur panen sawi + 40 hari setelah tanam, sebaiknya terlebih dahulu dilihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun.

9. Pasca Panen

Tanaman yang baru dipanen, ditempatkan di tempat yang teduh agar tidak cepat layu dengan cara diperciki air. Selanjutnya lakukan sortasi untuk memisahkan bagian tanaman yang tua, busuk atau sakit. Penyimpanan bisa menggunakan wadah berupa keranjang bambu, wadah plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk menjaga sirkulasi udara.

Pengertian Kelompok Tani

Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama – sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil.
Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.
Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968) dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan problem-problem yang dihadapi petani.
Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.
Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres (Wong, 1997) dalam Mardikanto (1996) sebagai berikut:
a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.
b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.
c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.
d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.
e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkannya.
f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.
Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :
a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia.
b. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.
c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya (Sajogyo, 1978 dalam Mardikanto, 1996).
Pustaka :
Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Djiwandi, 1994. Pengaruh Dinamika Kelompok Tani Terhadap Kecepatan Adopsi Teknologi Usahatani di Kabupaten Sukoharjo. Laporan Penelitian. Tidak Dipublikasikan.